Photobucket

Sunday, April 29, 2007

Wawancara dengan Yvonne Ridley

Berikut ini adalah kutipan wawancara situs cageprisoners.com (CR) dengan mualaf Inggris, Yvonne Ridley (YR) yang dilakukan pada awal 2004 dan dimuat dalam buku Dari Penjara Taliban Menuju Iman, Anton Kurnia, Mizan 2007.

CP : Bagi meraka yang tidak membaca buku Anda, maukah Anda menceritakan pengalaman Anda sebagai tawanan Taliban ?

YR : Setiap hari aku mengira akan mati dan walaupun para penahanku bersikap baik, pengalaman itu sangat menakutkan. Aku mempercayai propaganda bahwa orang-orang ini adalah bagian dari rezim paling kejam di dunia. Segala hal buruk yang pernah terjadi di penjara Abu Ghraib, Bagda, kutakuti akan terjadi padaku. Aku terus menunggu kapan saatnya orang jahat yang membawa alat penyetrum muncul, tapi itu tak pernah terjadi. Salah satu pengalaman paling sulit bagiku adalah terisolasi secara total dari dunia luar. Walaupun aku hanya ditahan selama sepuluh hari, aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi di luar sana dan mengira bahwa aku akan segera dilupakan. Baru ketika aku dibebaskan , aku tahu bahwa sebuah kampanye pembebasan yang luar biasa telah dilakukan oleh keluarga dan teman-temanku.

CP : Bagaimana Anda bisa sampai ditahan di sebuah penjara Afganistan ?

YR : Aku tak pernah diculik oleh Taliban. Aku ditangkap karena masuk ke negeri itu secara ilegal tanpa paspor dan visa. Tidak seperti saudara-saudara kami di penjara Guantanamo dan Belmarsh, aku tahu persis apa kesalahanku.

CP : Bagaimana keadaan di sana ?

YR : Mula-mula aku ditahan di Jalalabad di sebuah tempat yang seperti bekas tempat peristirahatan musim dingin Raja Shah. Ruangan itu berpendingin udara dan aku diberi sebuah kunci untuk mengunci diri di malam hari.

CP : Makanan apa yang disediakan untuk Anda ?

YR : Walaupun aku melakukan mogok makan selama 10 hari itu, di Jalalabad para penahanku membentangkan sehelai kain di atas lantai dan menyajikan makanan untukku tiga hari sekali. Setiap kali tiba waktu makan, mereka datang ke ruanganku dan mencuci tanganku dengan sekendi air. Mereka selalu mengatakan kepadaku bahwa aku adalah tamu mereka. Mereka sungguh-sungguh gusar karena aku tidak mau makan dan mencoba membujukku agar mau makan, termasuk dengan menawariku Anggur !

CP : Apakah Anda diinterogasi dan seperti apa interogasi itu ?

YR : Setiap hari selama enam hari aku diinterogasi oleh sekelompok lelaki bertampang seram. Terkadang ada orang yang berbeda dan mereka melibatkan seorang penerjemah muda bernama Hamid. Ada saat-saat ketika ia tampak lebih ketakutan daripadaku karena ia harus menerjemahkan kata-kataku, padahal terkadang jawaban-jawabanku sangat menjengkelkan. Pertanyaan-pertanyaan itu monoton dan biasanya interogasi baru berakhir setelah berjam-jam. Pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah mengapa aku masuk ke negara mereka secara ilegal. Mereka pada mulanya tak mau percaya bahwa aku adalah seorang wartawan dan mereka tak bisa memahami konsep berita eksklusif. Karena frustasi, pada suatu hari, aku mengangkat tangan dan berkata aku akan menceritakan alasan yang sebenarnya mengapa aku masuk secara ilegal. Mereka semua mencondongkan tubuh ke depan saat Hamid menerjemahkan kata-kata itu. Lalu aku berkata, "Aku datang ke Afganistan untuk bergabung dengan Taliban!" Mereka tertawa terbahak-bahak dan menunjukkan rasa humor yang membuatku merasa lega. Mereka tak pernah mengancamku secara fisik. Walaupun mereka melakukan semacam mind game terhadapku dan seseorang mengancamku bahwa aku akan dikurung selama 20 tahun jika aku tidak mau berkata jujur pada mereka.

CP : Dalam buku Anda disebutkan Anda bertemu beberapa misionaris Kristen ketika berada dalam penjara. Bagaimana perlakuan yang mereka terima ? Sejauh mana mereka bebas melaksanakan ibadah selama dalam tahanan ?

YR : Ketika aku dipindahkan ke Kabul, aku ditahan bersama enam perempuan pekerja sosial yang menakjubkan dari kelompok Shelter Now International. Mereka dituduh telah menghasut orang-orang Muslim agar masuk Kristen dan mereka akan menjalani pengadilan. Mereka takut akan dihukum mati, tapi keimanan mereka tampaknya membuat mereka tabah menjalani kesusahan mereka. Mereka membawa keteraturan pada sayap bagian perempuan penjara itu dan menata kebersihan tempat itu. Kami bisa dibilang memiliki toilet paling bersih di Kabul karena mereka menggunakan uang mereka sendiri untuk membeli karbol dan bubuk pembersih. Dua kali sehari mereka menyanyikan lagu-lagu rohani dengan suara keras. Semua orang diizinkan memiliki sebuah Alkitab, tapi alat-alat musik mereka disita. Aku bertemu salah satu gadis itu setelahnya. Katanya semua temannya mengirimkan pesan terima kasih untuk perlakukan yang mereka terima di Kabul setelah mereka lolos ketika perang mencapai puncaknya.

CR : Anda sering membandingkan perlakuan baik yang Anda terima dari Taliban saat dalam tahanan dengan perlakuan buruk Amerika Serikat terhadap para tahanan di penjara Guantanamo, Abu Ghraib, dan sebagainya. Bisakah Anda jelaskan ?

YR : Kita telah menyaksikan berita dan membaca liputan tentang semua itu. Aku bersyukur pada Allah karena aku ditangkap oleh apa yang disebut-sebut sebagai "rezim paling brutal di dunia" dan bukan oleh militer Amerika Serikat.

CR : Sudah dua tahun lebih sejak Anda ditahan dan menulis In the Hands of the Taliban. Bagaimana Anda berubah sejak menulis buku itu ?

YR : Aku menjadi amat terlibat dalam gerakan anti-perang, berpindah agama menjadi Muslim, dan juga ikut ambil bagian dalam partai politik Respect (www.respectcoalition.org). Aku lebih terarah sejak pembebasanku. Kini aku memusatkan reportaseku mengenai isu-isu kemanusiaan dan sejak itu telah beberapa kali kembali ke Afganistan, juga mengunjungi Palestina dan Irak.

CP : Apa dampak penahanan itu terhadap Anda ?

YR : Aku tak lagi takut mati. selama sepuluh hari setiap hari aku berpikir itu adalah hari terakhirku di dunia dan sungguh menyita pikiran saat kau berada di ujung tanduk setiap hari. Sebagian besar rasa takut itu berasal dari imajinasiku sendiri dan aku mulai menyadari bahwa penjara yang sesungguhnya berada dalam kepalaku sendiri. Kini sebagai seorang Muslim, aku merasa lebih kuat dan aku sungguh-sungguh tidak takut pada apapun, kecuali kepada Allah. Itu sungguh membebaskan.

CP : Pernahkan Anda kembali ke Afganistan sejak peristiwa penahanan itu ? Maukah Anda menceritakan pada kami pengalaman Anda ?

YR : Aku telah kembali ke Afganistan beberapa kali dan dalam perjalanan terakhirku aku menyamar lagi. Kali ini aku tidak bersembunyi dari Taliban, tapi aku ingin menghindari pasukan khusus Amerika Serikat. Aku mendarat di Pakistan dan pergi ke Desa Bermil dekat Shkin yang menjadi korban salah sasaran pengeboman tentara Amerika Serikat. Mereka meluncurkan peluru kendali ke sebuah rumah yang mereka percayai sebagai markas Taliban. Kenyataannya, mereka menghancurkan rumah penduduk biasa dan menewaskan 11 anak-anak. Seorang perempuan kehilangan kesembilan anaknya dari bayi yang masih dalam gendongan hingga seorang gadis belasan tahun. Aku tak akan pernah melupakan raut wajah perempuan itu atau tragedi yang menimpanya. Seorang komandan militer Amerika datang dua hari kemudian diiringi 50 anak buahnya dan minta maaf pada mereka serta memberikan uang setengah juta Afgani pada keluarga yang sedang berkabung itu. Jadi, kini kita tahu berapa harga seorang bocah Afgan tak berdosa... tak sampai 1.000 dolar Amerika. Aku sungguh marah.

CR : Bisakah Anda menceritakan pada kami tentang pekerjaan Anda bersama Al-Jazeera dan mengapa Anda dipecat dari stasiun televisi itu ?

YR : Aku direkrut untuk membantu meluncurkan kembali situs berbahasa Inggris Al-Jazeera dan membangun sebuah tim jurnalis yang baik. Kami mendapatkan sebuah berita eksklusif yang mempermalukan tentara Amerika dan Israel. Karena beberapa alasan Editor Kepala Abdul Aziz Al Mahmoud merasa tidak nyaman dengan hal ini. Dia dipaksa oleh pihak Amerika untuk menghapus dua kartun satir dari situs berbahasa Inggris Al-Jazeera dan dia tak menghargai konsep berita eksklusif. Sebelaumnya dia bekerja sebagai perwira Angkatan Udara Qatar dan tampak jelas sekali dia berjuang keras mencerna apa itu konsep jurnalisme. Aku juga mengkritik kebiasaannya berbelanja, terutama saat aku mengetahui dia berbelanja di Marks and Spencer yang mendukung Zionisme. Jika aku tak menyukai sesuatu, aku akan mengatakannya secara langsung pada yang bersangkutan. Dia tampaknya tidak terbiasa dengan sikap terbuka seperti itu, maka salah satu di antara kami harus pergi. Dia adalah si bos, maka suatu malam dia mengirim sekretarisnya ke rumahku pukul sebelas malam untuk mengatakan bahwa aku telah diberhentikan. Kasus tersebut kini sedang diproses di pengadilan Qatar.

CP : Apakah "Perang terhadap Teror" oleh Amerika Serikat sesungguhnya adalah "Perang terhadap Islam" ?

YR : Tentu saja ini adalah perang terhadap Islam, tapi aku tak percaya ini disebabkan oleh benturan antar-peradaban. Penyebab sesungguhnya adalah kapitalisme Amerika dan Inggris.

CP : Penjara Guantanamo, Bagram, Abu Ghraib, Belmarsh -- apakah ini perwujudan dari kebencian terhadap umat Muslim yang dilembagakan ?

YR : Jangan lupa pula Diego Garcia dalam daftar itu dan para tahanan lain di seluruh dunia yang berada di bawah kendali militer Amerika. Sejarah akan menghakimi mereka dengan keras dan umat Muslim akan terbukti tidak bersalah.

CP : Seberapa jauh menurut Anda, media patut disalahkan atas merebaknya sentimen anti-Islam ? Apakah itu hanya akibat jurnalisme yang malas dan tak banyak tahu atau memang ada sebuah agenda tersembunyi ?

YR : Gabungan keduanya. Bagaimanapun, kita juga harus disalahkan karena hanya duduk berpangku tangan dan tak melakukan apa-apa. Kita seharusnya tak memberi toleransi terhadap segala hal yang menunjukkan sikap Islamofobia serta membentuk tim pemantau media untuk menghentikan reportase yang buruk. Para jurnalis yang malas melakukan investigasi membangkitkan histeria dan ketakutan dengan melaporkan serangan anthraks dan bom yang sesungguhnya tak ada. Toleransi nol adalah satu-satunya jawaban untuk menghentikan hal ini.

CP : Apa motivasi Anda maju sebagai kandidat partai Respect di parlemen Eropa ?

YR : Respect adalah sebuah partai politik baru yang tak dikotori oleh kaum zionis, tidak seperti parta-partai lainnya. Inilah satu-satunya harapan kami untuk menunjukkan pada Blair, Howard, dan Kennedy bahwa kami menginginkan sebuah partai berbeda yang mau membela dan menghormati hak-hak setiap orang atas keadilan dan kesetaraan. Aku meninggalkan partai buruh karena sebagai seorang Muslim aku tak bisa lagi mendukung sebuah organisasi yang mendukung pembantaian sewenang-wenang saudara-saudara kami di luar negeri...

CP : Anda pernah berkata bahwa peristiwa 11 September adalah "hal terbaik sekaligus hal terburuk yang terjadi pada Islam." Bisakah Anda jelaskan ?

YR : Peristiwa itu menjadi hal terburuk karena mengakibatkan serangan terhadap orang-orang Islam, tapi itu juga membuat ribuan orang sepertiku tertarik membuka Al-Quran untuk melihat apakah di sana memang ada anjuran untuk menindas kaum perempuan dan mendorong tindakan kekerasan. Sebagai akibatnya, ribuan orang beralih agama memeluk Islam dan saat ini Islam menjadi agama yang paling cepat berkembang di dunia.

CP : LAlu, apa rencana Anda selanjutnya ?

YR : Aku ingin terus mempromosikan Islam dan berjuang melawan ketidakadilan di mana pun aku bisa melakukannya secara lebih efektif. Al-Quran adalah sebuah kitab tentang perdamaian, tapi juga merupakan sebuah kitab tentang tindakan dan sebagai Muslim kita tak bisa hanya duduk berpangku tangan dan tetap berdiam diri ketika keyakinan kita diserang.

CP : Pesan apa yang ingin Anda sampaikan kepada para pembaca kami ?

YR : Kita ini memiliki berbagai kekuatan dan kelemahan, dan kita sebaiknya menggunakan kekuatan kita untuk membela Islam. Jika Anda bisa berteriak, menulis, menggambar, berdemonstrasi, bermain sepak bola, berlari, atau berbelanja, lakukanlah semua itu demi membela Islam. Bahkan yang paling lemah di antara kita pun bisa berbuat sesuatu dengan sekadar memboikot barang-barang yang digunakan untuk mendanai Zionisme, misalnya. Ajaklah anak-anak Anda membaca situs Boycott Israeli Goods (BIG). Pada pemilihan umum yang akan datang, jika Anda memiliki hak pilih, gunakan suara Anda dengan bijaksana dan jangan memilih partai-partai yang merusak Islam. Pemilihan umum adalah peristiwa yang jarang terjadi di mana kita semua setara ... Suaraku atau suara Tony Blair dihitung sama. Secara perseorangan kita bisa kuat, tetapi secara kolektif kita bisa menjadi sebuah kekuatan yang tak terhentikan.

Kunjungi juga :
1. Yvonne Ridley's Site
2. Yvonne Ridley Nilai Media Australia Islamofobia
3. Kesaksian Yvonne Ridley di Bekas Gereja Yang Menjadi Mesjid
4. Yvonne Ridley: Taliban, Islam dan Saya
5. Dari Penjara Taliban Menuju Iman
6. Penerbit : www.mizan.com

baca selengkapnya...

Saturday, April 28, 2007

Ketika Burung Belajar Membaca Al Quran

Subhanallah... Burung saja bisa melafalkan ayat-ayat Al Quran. Apa kita nggak malu ? Mari kita lebih giat lagi untuk ngaji.

baca selengkapnya...

Saturday, April 21, 2007

Antisipasi Polusi Gelombang Elektromagnetik

Tulisan ini merupakan cuplikan dari buku The True Power of Water, karya Masaru Emoto, yang diterbitkan MQ Publishing, 2006.

Seperti yang sudah saya ungkap di awal, Hado (energi alam semesta, An) bumi telah terganggu dengan pertumbuhan populasi yang sangat cepat. Salah satu faktor penyebabnya boleh jadi karena peningkatan penggunaan alat dengan gelombang elektromagnetik. Alat ini tidak hanya mengganggu Hado, tetapi juga mengganggu Anda, pengguna alat-alat tersebut. Alat ini mempengaruhi hado Anda sehingga sangat berpotensi mengganggu kesehatan.

Percobaan tadi, dengan menggunakan air suling yang dipanaskan selama lima belas detik dalam oven microwave yang tidak menghasilkan kristal, namun akan membentuk kristal jika tidak dipanaskan, semoga bisa memberikan Anda pelajaran tentang betapa besar akibat yang ditimbulkan oleh gelombang elektromagnetik. Selain dengan oven microwave, kami juga melakukan percobaan terhadap ponsel, TV, dan komputer pribadi.

Untuk percobaan pertama, kami gunakan ponsel. Air suling dalam botol diikatkan sebuah ponsel yang dalam keadaan menyala. Tak lama kemudian, kami menelepon ke ponsel tersebut dan ponsel dibiarkan berdering selama satu menit. Kami ulangi proses ini selama sepuluh kali. Percobaan selanjutnya melibatkan satu set TV. Di samping TV yang sedang menyala selama empat jam, kami letakkan air suling. Sama halnya percobaan dengan TV, di samping komputer yang sedang menyala selama empat jam, juga kami letakkan air suling.

Setelah air dibekukan, terlihat betapa buruk efek elektromagnetik terhadap kualitas air. Sama seperti pada oven microwave, air suling pada ponsel, TV, dan komputer pribadi juga tidak dapat membentuk ristal. Bentuk yang terlihat hanya berupa bentuk-bentuk lingkaran yang jauh dari indah. Saya pun jadi mengerti betapa buruk pengaruh gelombang elektromagnetik terhadap kualitas air.

Kita banyak menghabiskan hidup dengan menggunakan alat-alat yang memakai gelombang elektromagnetik, dan tentu saja hado tubuh kita akan terganggu karenanya. Ketika tubuh terkena gelombang elektromagnetik untuk jangka waktu yang lama, terutama saat dalam keadaan sakit dan sistem kekebalan tubuh menurun maka penyakit akan muncul.

...lompat...

Dalam Bab 3, saya telah jelaskan bagaimana air suling tidak dapat membentuk kristal jika diberi istilah (wadah airnya diberi label yang bertuliskan, An) "Severe Acute Respiratory Syndrome". Akan tetapi, kualitasnya dapat berubah menjadi bagus lagi setelah label diganti dengan kata "Cinta dan Terima Kasih", saat air dapat memmbentuk kristal kembali.

Hal yang sama juga terjadi pada air suling yang telah terganggu gelombangnya akibat gelombang elektromagnetik. Kami melakukan percobaan dengan menyiapkan beberapa botol air suling yang telah diberi label "Cinta dan Terima Kasih". Lalu, botol-botol tersebut kami beri gelombang elektromagnetik dari oven microwave, ponsel, TV, dan komputer pribadi.

Hasilnya, air suling dengan label "Cinta dan Terima Kasih" mampu menahan efek negatif yang diterima dari gelombang elektromagnetik. Tidak seperti air suling yang tidak diberi label tersebut, air suling dengan label "Cinta dan Terima Kasih" berhasil membentuk kristal yang indah. (Lihat Gambar 4.2, di bukunya).

Kristal air tersebut memperlihatkan betapa kata-kata "Cinta dan Terima Kasih" mampu melindungi bair dari efek buruk elektromagnetik.

Tubuh kita terbuat dari air. Sekarang kita telah tahu bagaimana cara menahan air dari gangguan gelombang elektromagnetik. Dengan kata lain, kita sudah tahu bagaimana melindungi diri dari gelombang elektromagnetik.

Untuk melindungi diri dari gelombang elektromagnetik pada alat-alat yang kita gunakan, kita dapat mengucapkan "Cinta dan Terima Kasih" setiap kali menggunakan alat-alat dengan gelombang elektromagnetik tersebut. Cara ini pasti berhasil, namun tidak relistis. Akan tetapi, tidak realistis juga apabila kita mengatakan, "Jangan gunakan alat-alat seperti itu. Bagaimana mungkin kita berbicara di telepon sambil mengatakan 'Cinta dan Terima Kasih'?"

...lompat (percobaan : efek yang baik bila air didekatkan pada TV yang menyiarkan film dokumenter yang indah)...

Apabila kita menggunakan ponsel, batasilah pembicaraan pada topik-topik yang menyenangkan saja. Ketika kita menggunakan ponsel untuk urusan bisnis, bicaralah misalnya hanya untuk membuat perjanjian. Untuk melaporkan suatu kesalahan, sebaiknya Anda menggunakan telepon biasa (wah iklan Telkom nih, An). Jika sepasang pria dan wanita ingin berbicara secara pribadi, mereka bisa menggunakan ponsel dengan tetap menghindari efek gelombang elektromagnetik. Pada pembicaraan yang diiringi dengan cinta, penggunaan ponsel dalam waktu yang lama tidak akan ada masalah. Jangan berbicara mengenai perpisahan di ponsel. Topik seperti itu sebaiknya dibicarakan secara langsung melalui tatap muka.

Saat menonton TV, saksikanlah program-program yang mengandung penyembuhan. Tayangan berita di TV terkadang menampilkan cerita-cerita pembunuhan atau kecelakaan tragis, sebaiknya Anda segera mengganti saluran atau mematikan TV.

Saya sarankan juga untuk menghindar dari film-film yang mengandung kekerasan. Dalam memainkan video games, hindari kaset-kaset tentang perkelahian. Jumlah pembunuhan oleh remaja saat ini meningkat; saya percaya hal ini mungkin karena mereka telah tersesat ke dalam dunia yang tanpa batas, dan telah mendapat pengarus negatif dari gelombang elektromagnetik. Dari sini saya mendapat kesimpulan bahwa tidak baik jika kita menayangkan video porno ke air.

Gunakanlah komputer pribadi dengan pikiran jernih. Jika komputer tersebut kita pakai untuk urusan bisnis, nikmati kerja kita dengan semangat dan perilaku positif. Perilaku kita yang baik akan mencegah gangguan dari gelombang elektromagnetik. Dengan kata lain, saat kita mengeluh akan pekerjaan kita, misalnya dengan mengatakan, "Mengapa saya harus melakukan pekerjaan ini ?" maka gelombang elektromagnetik yang kuat dari komputer pribadi akan mengganggu hado kita.

-----
Komentar : Subhanallah... bukankah kita Muslim memiliki kalimat yang bermakna hampir sama dengan "Cinta dan Terima Kasih", yaitu Bismillahir rahmanir rohim, Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Karena itulah kita sebaiknya selalu baca Bismillah ketika hendak melakukan segala sesuatu, dan juga harus banyak bersyukur (terima kasih).

1. NLP dalam Islam
2. Komentar tentang Buku Ini

baca selengkapnya...

Waspada Pemikiran RA Kartini

Dalam buku Fakta & Data Yahudi Indonesia, yang ditulis Ridwan Saidi & Rizki Ridyasmara, yang diterbitkan oleh Khalifa (grup Pustaka Kautsar), 2006, terdapat sedikit ulasan mengenai R.A. Kartini. Ulasan tersebut saya salin kembali dan saya tampilkan dibawah ini.

Penyebaran ajaran teosofi lumayan luasnya, dan memasuki pelbagai lapisan masyarakat. Banyak pemeluk Islam, Kristen, dan Hindu yang terjaring. Juga orang Cina penganut Konghucu, dan mereka yang menganut Kejawen. Kaum Teosofi amat agresif dalam mencari pengikut terutama dari kalangan muda terpelajar dan berbakat. Mereka juga memasuki golongan priyayi.

Barangkali cukup menarik untuk dikaji pikiran-pikiran RA Kartini tentang agama sebagaimana tertulis dalam surat-suratnya kepada kenalan-kenalannya di negeri Belanda.

Tahun-tahun datang dan mereka (tahun-tahun, RS) kemudian pergi ... Kami bernama orang-orang Islam karena kami keturunan orang Islam, dan kami adalah orang-orang Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna. Demikianlah kami hidup terus sampai terbitlah matahari yang akan mendatangkan pergulingan di dalam kehidupan rohani kami. (Surat 15 Agustus 1902 kepada E.C. Abendanon)

In 't kort, zendingsarbeid - doch zonder doop, ringkasnya, beramal tanpa baptis.

Agama yang sesungguhnya adalah kebatinan, dan agama itu bisa dipeluk baik sebagai Nasrani maupun Islam, dan lain-lain. (Surat 31 Januari 1903)

Selalu menurut paham dan pengertian kami, inti segala agama adalah Kebajikan, yang membuat setiap agama menjadi baik dan indah. Tapi, duh: Orang-orang ini, apakah yang telah kalian buat atasnya (maksudnya Kebajikan, RS).

Agama adalah dimaksudkan sebagai karunia, untuk membentuk antara sesama makhluk Tuhan, cokelat atau putih, dari kedudukan, jenis, kepercayaan apa pun, semua kita adalah anak-anak dari satu Bapak, dari satu Tuhan!

Tak ada Tuhan lain kecuali Allah! Kata kami orang-orang Islam, dan bersama kami juga semua orang beriman, kaum monoteis, Allah adalah Tuhan, pencipta sekalian alam.

Anak dari satu Bapak, dasar segala agama dara dan saudari jadinya, harus saling cinta mencinta, artinya tunjang-menunjang, bertolong-tolongan. Tolong menolong dan tunjang menunjang, cinta mencinta, itulah nada dasar segala agama. (Surat 21 Juli 1902 kepada Ny. Van Kol)

Hanya ada satu kemauan, yang boleh dan harus kita punya: kemauan untuk mengabdi kepadanya: Kebajikan (Surat Oktober 1900 kepada Ny. M.C.E. Ovink Soer)

Dari kutipan surat-surat RA Kartini tersebut kita menjumpai persamaan pendiriannya dengan Labberton. Labberton mengatakan, sifat agama-agama adalah sama yaitu cinta pada sesama. Sedangkan RA Kartini menggunakan istilah "nada dasar" agama-agama adalah sama yaitu cinta kepada sesama dan tolong-menolong. Lagi-lagi keduanya melihat agama dalam dimensi tunggal, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia saja. Keduanya mengabaikan dimensi lain jaran agama yaitu hubungan antara manusia dengan Allah (Hablum minallah).

Kebajikan dengan "K" besar (sebagimana Nurcholis Madjid menulis Kebenaran dengan "K" besar, lihat naskah ceramah budaya Nurcholis Madjid, Taman Ismail Marzuki, 21 Oktober 1992) sering digunakan Kartini dalam surat-suratnya.

Kaum teosofi juga banyak yang berbuat sama. Menjadi pertanyaan kini : apakah Kebajikan dengan "K" besar dan Kebenaran dengan "K" besar itu adalah menjadi tujuan hidup atau ultimate goal kehidupan kita ? Jika ya, tentu konsep ideologi yang mereka anut dengan paham ilmu kalam yang kita anut amat berbeda. Ultimate goal kita adalah li mardhatillah, keridhaan Allah.

Apa yang diistilahkan oleh Labberton dengan "syariat agama yang dikeras-keraskan", maksudnya adalah jangan sampai terjadi syaria diperkuat. Karena seorang pakar bernama Daniel Lev, yang juga Yahudi, pernah mengatakan bahwa selagi masih ada orang yang menjalankan syariat Islam, maka Islam dan hukumnya akan tetap eksis. Itulah sebabnya kita sering mendengar tentang ucapan yang nadanya mencela sikap fanatisme beragama.

Padahal ikut perkumpulan sepakbola saja mesti fanatik, apalagi menjadi penganut agama.

Kaum teosofi dengan pelbagai kedok dan aktivitasnya mencoba untuk menembus dinding fanatisme agama. Dan sejauh itu mereka tidak pernah berputus asa. Pelbagai cara ditempuh termasuk menggarap keluarga muda yang potensial. RA Kartini menjadi sasaran garapan mereka. Setelah gagal mengajak Kartini sekolah ke negeri Belanda, maka ke dalam kehidupan Kartini dimasukkan seorang gadis kader Zionis bernama Josephine Hartsteen. Hartsteen adalah nama keluarga Yahudi. Josephine meninggal dunia dalam usia muda.

Lihat sinopsis buku ini : http://cordova-bookstore.com/yahudi.htm#fakta
Kunjungi penerbit : www.kautsar.co.id

baca selengkapnya...

Tuesday, April 17, 2007

Divestasi Indosat, Transaksi Kelam Bagi RI

Dicuplik dari Republika (Jumat, 13 April 2007), karena berkaitan dengan Singtel, Singapura, & Israel.

JAKARTA--Kasus divestasi PT Indosat masih tetap menarik untuk dibicarakan. Divestasi yang banyak menuai protes tersebut kemarin kembali disorot.

''Kasus divestasi atau penjualan PT Indosat Tbk yang merupakan aset negara kepada Singapore Technologies Telemedia (STT) mungkin merupakan lembaran transaksi yang paling menistakan dalam hitungan hukum, ekonomi, dan terlebih lagi dalam hitungan politik sepanjang sejarah Republik kita," kata Peneliti Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Mochtar Pabottingi.

Kemarin, Mochtar menggelar diskusi sekaligus peluncuran bukunya yang berjudul "Risiko Politik Divestasi Indosat" yang berisi telaah kritis kasus itu berkaitan dengan resiko politik yang menyertainya di Jakarta, Kamis (12/4). Sebagai moderator hadir pengamat politik Daniel Sparingga, anggota DPR RI Sutradara Ginting, dan Happy Bone Zulkarnain.

Berdasarkan buku yang ditulis Marwan Batubara berjudul "Divestasi Indosat: Kebusukan Sebuah Rezim", Mochtar menyimpulkan bahwa divestasi tersebut secara terang-terangan dan sewenang-wenang melanggar asas keabsahan substansial maupun keabsahan prosedural.

Asas keabsahan substansial, menurut Mochtar, dilihat dari rangkaian rasional Menneg BUMN Laksmana Sukardi kala itu yang mengungkapkan alasan divestasi karena Indosat tidak strategis, merugi atau merupakan sunset industry yang berbalikan sepenuhnya dengan kenyataan, dan memang jelas kebohongan publik.

Sedangkan tidak dipedulikannya keabsahan prosedural dapat dilihat dari fase-fase prosedur transaksi yang tidak terhormat dan tidak akuntabilitas. "Contohnya adalah pelanggaran pada Share Holders Agreement (SHA), dan Sales and Purchase Agreement (SPA), pemotongan hasil divestasi, digunakannya Special Purpose Vehicle (SPV), dan penandatanganan kontrak penjualan Indosat yang dilakukan pada hari Ahad, 15 Desember 2002," kata Mochtar.

Semua itu, kata dia, tak hanya berakibat merugikan negara triliunan rupiah karena penjualan jauh dibawah harga, pengalihan teknologi, dan peniadaan penerimaan pajak dalam jumlah sangat besar setiap tahun. "Di atas semuanya, divestasi itu juga menempatkan Republik kita pada posisi yang stabilitas politiknya seketika menjadi sangat rawan, setiap saat mudah dipermainkan, bahkan dijerumuskan oleh pihak asing secara langsung di bidang politik maupun tak langsung lewat hantaman di bidnag ekonomi seta bidang lainnya," kata peneliti LIPI itu.

Dia mengatakan di dalam tubuh Indosat terdapat bagian yang mengandung rangkaian informasi atau potensi informasi strategis yang semestinya masuk dalam kategori classified. Sebab semua itu bisa dan tampaknya memang telah digunakan oleh pihak asing atau musuh untuk memojokkan kita dan karena itu semestinya dijaga ketat dan dimonopoli oleh negara.

Mochtar mengatakan adanya narasumber dalam bukunya menyebutkan contoh-contoh kasus penyadapan oleh Australia untuk percakapan di Istana Bogor, oleh Amerika untuk percakapan di sekitar Monas, dan oleh Singapura untuk percakapan yang berkaitan dengan isu maritim, terutama kalau ada pertemuan di Dewan Maritim Nasional.

"Semua itu lewat Indosat. Satelit sudah dikuasai. Disitu informasi bisa diacak. Dibelokkan. Diubah. Kata `jalan` bisa jadi `jualan`," kata Mochtar menuturkan narasumber dalam bukunya.

Dia melanjutkan penjualan Indoasat ibarat penyerahan panopticon - sarana untuk setiap saat melihat langsung apa pun yang terjasi atau yang dikomunikasikan di seluruh pelosok Tanah Air hingga ke ruang pribadi warganegara dan atau setiap orang yang tinggal di Indonesia

Dalam hal ekonomi, adalah pelacakan seluruh kegiatan dan kebijakan perdagangan pemerintah maupun masyarakat, termasuk volume, para pelaku dan arah lalu lintas dana yang masuk maupun yang keluar dari Indonesia.

Sedangkan anggota DPR RI dari Fraksi FPDI Perjuangan, Sutradara Ginting menjelaskan latar belakang dilakukannya divestasi Indosat adalah karena negara membutuhkan dana untuk menjalankan APBN pada tahun 2000 dan adanya keinginan untuk tidak menambah utang dari luar negeri lagi, sehingga dipilih opsi privatisasi BUMN, salah satunya adalah Indosat. (ant/fir)

Kunjungi juga :
1. Singapura Basis Israel Asia Tenggara
2. Menguak Cinta Rahasia Israel-Singapura
3. Melacak Zionis di Indonesia


Logo Indosat, setelah dibeli Singtel (bentuk bintang di tengahnya mirip logo di bendera Israel) :



baca selengkapnya...

Monday, April 16, 2007

Thomas McElwain, Tentang Islam

Thomas McElwain adalah seorang doktor filsafat, dosen, dan pujangga. Ia mengajar di University of Turku di Finlandia dan menjadi staf pada Departement of Comparative Religion, sebagai dosen, di University of Stockholm sejak 1982. McElwain sangat fasih dalam banyak bahasa, termasuk Ibrani biblikal dan Arab, dan salah satu dari sedikit penutur Bahasa Mingo (pedalaman West Virginia, AS) yang masih tersisa.

Berikut ini adalah pandangan beliau tentang Shalat dan Haji, yang dicuplik dari bukunya, The London Lectures, terbitan Citra, tahun 2006. Analisisnya lumayan menarik, walaupun secara keseluruhan, sesungguhnya buku ini mengulas Islam dengan sudut pandang Syiah (:-p).

Umat Islam secara khusus dikenal karena shalat harian mereka dengan bersujud. Oleh karena itu, Al Quran berfirman :
Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku dan pengorbananku dan hidupku serta matiku (semua hanya) untuk Allah, Tuhan seluruh alam." (QS Al An'am : 162)

Sebenarnya shalat di dalam Islam justru dideskripsikan secara lebih baik (lengkap ? - aku) dalam Alkitab ketimbang Al Quran. Setiap waktu dan gerakan shalat Islam dengan bersujud disebutkan di dalam Alkitab. Hampir setiap kalimat yang umum dari shalat ditemukan di dalam Mazmur-mazmur Daud. Inilah keganjilan bahwa realitasnya Muslim mengikuti Alkitab begitu detail dalam shalat mereka sementara umat Kristiani dan Yahudi malah mengembangkan praktik-praktik sembahyang yang ekstra-biblikal. Namun demikian, tentu saja Kristen dan Yahudi mengklaim bahwa dasar praktik ibadah mereka bersumber dari Alkitab, sedangkan Muslim tidak. Muslim mendasarkan praktik ibadah mereka atas Al-Quran dan Hadis. Jika ada sesuatu yang dapat dikatakan tentang manusia, maka itu adalah bahwa kita irasional.

Contoh Yesus ketika berdoa dengan bersujud disebutkan di dalam Matius 26:39 :
And he went a little farther, and fell on his face, and prayed.

Berdoa (shalat) pada waktu-waktu tertentu disebutkan dalam Psalms (Mazmur) 32:6 :
For this shall every one that is godly pray unto thee in a time when thou mayest be found.

Juga dalam Mazmur 69:13 :
But as for me, my prayer is unto thee, O LORD, in an acceptable time.

Seruan Allahu Akbar (dan juga beberapa bagian dari Surah Al Fatihah - peny) disebut sebagai bagian dalam berdoa (shalat) di dalam Mazmur 35:27; 18:5,6; 30:8; 34:3; dan 55:16. Berdiri, membungkuk, berlutut, dan bersujud adalah gerakan sembahyang di dalam Mazmur. Sembahyang dengan menghadap ke arah rumah Allah juga diperintahkan di dalam Mazmur 5:7 :
But as for me, I will come into thy house in the multitude of thy mercy: and in thy fear will I worship toward thy holy temple.

Shalat Muslim membawa pelakunya ke surga itu sendiri. Ketika saya mulai berdialog dengan Muslim, satu hal yang pertama kali dikatakan kepada saya adalah, "Seandainya mengetahui betapa nikmatnya shalat dengan bersujud, Anda akan berjuang memperolehnya dari kami." Ucapan itu seluruhnya benar.

... lompat ...

Diwajibkan atas setiap Muslim untuk pergi ke rumah Tuhan di Mekkah sedikitnya sekali seumur hidup jika memungkinkan. Al Quran mengatakan :
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh (QS Al Hajj:27).

Ziarah ke Yerusalem sering disebut di dalam Injil dalam kaitannya dengan Yesus as. Namun Yesus as menubuatkan di dalam John (Yohanes) 4:21 bahwa saatnya akan tiba ketika :
when ye shall neither in this mountain, nor yet at Jerusalem, worship the Father [bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem].

Muslim percaya bahwa ziarah ke Mekkah adalah menengok kembali pengalaman Ibrahim as - yang membangun kembali rumah Tuhan di sana - ketika menjadikannya sebagai sebuah tempat suci yang berlanjut hingga masa kita. Pada awal kenabiannya, Muhammad saw melanjutkan arah shalat dengan menghadap Yerusalem. Namun, tidak lama kemudian nubuat Yesus as pun ditunaikan, dan Mekkah, bukan lagi bukit Gerizim atau Yerusalem, menjadi tempat sebenarnya untuk berziarah (berhaji) dan arah yang benar untuk shalat.

Kunjungi penerbit : www.penerbitcitra.com

baca selengkapnya...

Sunday, April 8, 2007

Belajar dari Mimpi Buruk

...Alhamdulillah, ternyata aku hanya mimpi. Begitu yang sering kita alami ketika tersadar dari sebuah mimpi buruk yang menakutkan. Mimpi buruk telah membuat kita begitu takut, tegang, dan stress. Otak pun tak dapat membedakan apakah itu mimpi atau kenyataan. Mekanisme fisik tubuh pun akan bereaksi sesuai dengan persepsi yang diterima otak. Maka kita rasakan sesaknya nafas, gemetarnya badan, panasnya suhu tubuh, cepatnya detak jantung, derasnya keringat bercucuran, dan capeknya badan.

Setelah terjaga, walau badan berkeringat dan nafas terengah-engah, lega sekali rasanya, lepas dari situasi yang menakutkan, dan kembali ke situasi yang menyejukkan. Begitu kita bangun, kita kembali kepada kawasan kesadaran yang lebih luas, kita sangat bersyukur. Kita bahkan mampu menertawakan mimpi yang barusan kita alami. He he he ... hanya mimpi …

Pada suatu waktu, kita pasti pernah mengalami kejadian atau situasi buruk, bahkan mungkin menakutkan. Bisa saja berupa tekanan dari atasan di tempat kerja, perseteruan dengan teman, hilanganya sebuah kesempatan emas, cekcok dengan istri, kecelakaan lalu lintas, ancaman pembunuhan, kematian anggota keluarga yang kita cintai, hingga bencana alam yang mengerikan. Musibah yang menimpa kita, akan memunculkan sensasi yang hampir sama dengan perasaan yang ditimbulkan oleh mimpi buruk.

Berkaitan dengan cobaan dan musibah, Allah berfirman :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS Al-Baqarah : 155-157].

Ketika kita tertimpa suatu musibah, situasi kita kurang lebih sama dengan situasi saat kita mengalami mimpi buruk, ada rasa takut, ngeri, dan was-was. Dan, ketika kita bangun, dan sadar bahwa kita barusan mengalami mimpi buruk, hati kita pun menjadi lega. Situasi kembalinya kesadaran dari suatu mimpi ini, kurang lebih juga sama dengan kembalinya kesadaran kita dari situasi ketakutan dan kesedihan akibat terkena musibah. Yaitu kesadaran bahwa kita bukanlah apa-apa di hadapan Allah, sembari mengatakan kalimat istirja’ : Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini sungguh sangat besar kekuatannya, merupakan “mantera” penghibur yang sangat ampuh kala kita tertimpa musibah, yang kembali menyadarkan kita bahwa dunia dan isinya ini bukanlah apa-apa, kita bukanlah siapa-siapa, bahwa kita adalah milik Allah sepenuhnya. Terserah Allah, mau melakukan apa kepada kita… lha wong kita cuma makhluk ciptaan-Nya, ya pasrah saja…

Wallahu a’lam.

baca selengkapnya...

Friday, April 6, 2007

Yang Tidak Diungkap The Da Vinci Code

Ini adalah prolog yang ditulis Rizki Ridyasmara, dalam bukunya Knights Templar Knights Of Christ, yang diterbitkan oleh Pustaka Kautsar tahun 2006.

MISTERI. Mungkin hanya ini, satu kata, yang dapat menggambarkan apa yang telah dipaparkan Dan Brown dalam novel setebal lebih dari 600 halaman bernama The Da Vinci Code. Walau banyak kalangan menyebut buku buku kedua dalam trilogy-thriller Brown ini (Angel & Demon, The Davinci Code, dan Solomon Key) mengungkap peranan Biarawan Sion, namun ada bentangan-bentangan besar yang jelas yang dipaparkan secara amat rapi oleh penulis dari Exeter, New Hamsphire, AS, ini kepada pembacanya.

Bagai sebuah sapu lidi yang begitu liat dan kuat justru karena terdiri dari banyak unsur, demikian pula The Davinci Code.Ramuan unsur dan fakta sejarah ilmiah yang begitu hebat telah diracik oleh seorang Brown sehingga menuai pujian di banyak tempat dan kecaman pedas di tempat lainnya. Sejarah dan kehidupan memang selalu berjalan dialektis, ada hitam, ada putih, rendah dan tinggi, hingga akhir zaman. Demikian pula dengan wajah Sang Monalisa karya Leonardo Da Vinci, yang menyatukan sisi feminis dan maskulinnya dari sisi-sisinya.

Unsur seperti apakah yang menyusun novel kontroversial namun mencerahkan itu sehingga sungguh-sungguh menjadi karya yang kuat, sampai Gereja Katolik harus menghadapinya dengan serius dan mengerahkan penulis-penulis terbaiknya? Di bawah inilah sejumlah paparan Dan Brown yang di nilai telah “menyengat dan mengguncangkan kepercayaan dalam tradisi Kristen yang telah berusia 2000 tahun”.

Biarawan Sion (Priory of the Sion). Ini adalah organisasi bawah tanah yang paling misterius di dunia yang bersumber dari satu kelompok persaudaraan para petinggi Yahudi yang menyembah dewa-dewi dan iblis, yang mengejawantah dalam bentuk kepercayaan paganisme Mesir kuno bernama Kabbalah. Dari dirinya kemudian lahir The Knight Templar yang juga penuh diselimuti kabut misteri. Lalu dari Ksatria Templar yang melegenda dalam Perang Salib, lahir pula berbagai organisasi bawah tanah yang juga misterius bernama Freemason, Rosicrusian, dan sebagainya. Keberadaan Biarawan Sion tidaklah bena-benar akan bisa mengguncang keimanan seorang Kristen jika tidak dikaitkan dengan misi utamanya dalam menjaga The Holy Grail, cawan suci yang diyakini pernah menampung darah Yesus Kristus ketika disalib, yang oleh Brown-berdasarkan riset yang panjang dan serius merupakan simbolisasi dari diri seorang Maria Magdalena.

Maria Magdalena, oleh tradisi Kristen selama ini dikenal sebagai perempuan murahan, pelacur, namun oleh Brown dianggap sebagai Sang Putri terpilih, istri dari Yesus, yang di dalam rahimnya mewarisi The Holy Blood,darah keturunan suci suaminya yang tak lain adalah Yesus Kristus. Brown meyakini, lewat Maria Magdalena inilah Yesus sesungguhnya mempunyai anak keturunan yang garisnya masih ada hingga sekarang, yang dikenal sebagai Dinasti Merovingian yang pernah hidup di Perancis Selatan. Di daerah ini hingga sekarang memang dikenal sebagai daerah yang tidak terlalu tunduk pada Vatikan, namun memiliki ritus-ritus yang begitu kental memuja Maria Magdalena. Perang Salib Albigensian, perang suci yang dilancarkan Vatikan untuk membasmi umat Kristen Kathari juga berlangsung disini dan lukanya masih dirasakan penduduk asli disana.

Brown percaya, tugas utama Biarawan Sion adalah menjaga garis darah keturunan Yesus, hingga mengantarkannya kembali bertahta sebagai Raja Pendeta yang berkuasa di Yerusalem.

Hipotesis ini terang menyengat kalangan Kristen karena dalam tradisi kekristenan yang telah dipelihara dari generasi ke generasi, dogma pokok dan paling inti adalah kepercayaan tentang kebangkitan Yesus (resurrection). Menurut dogma ini setelah mati di tiang salib dan bangkit dari makamnya menuju langit, Yesus akan bangkit kembali (The Second Coming) pada hari ketiga untuk menebus dosa umat manusia. Dalam Bible Perjanjian Baru disebutkan, bahwa saksi pertama kebangkitan Yesus - yang menyaksikan kubur Yesus kosong - adalah seorang wanita bernama Maria Magdalena. Jika dasar kepercayaan ini dibongkar, maka dengan sendirinya runtuhlah agama Kristen.

Paul Young, dalam Christianity, menulis, bahwa tanpa ‘resurrection’, maka tidak ada ‘kekristenan’. Ibarat poongan-potongan gambar (puzzle), maka jika resurrection dibuang, puzzle itu tidak akan pernah membentuk apa yang disebut sebagai Christianity. “We can not remove a portion of the Christian jigsaw labelled ‘resurrection’ and leave anything which is recognizable as Christian faith. Subtract the resurrection and you destroy the entire picture.”

Dogma inti inilah yang dianggap kalangan Kristen dicoba dihancurkan oleh The Da Vinci Code. Betapa tidak, dalam novel ini, digambarkan bahwa sebelum disalib, Yesus sebenarnya sempat mengawini Maria Magdalena dan mewariskan Gerejanya kepada Maria Magdalena, bukan kepada Saint Peter yang selama ini dipercaya dalam dogma Kristiani sebagai pewaris Yesus dan kemudian mendirikan Gereja Katolik di Roma (bukan di Yerusalem tempat kelahiran Yesus). Bahkan, dari hasil perkawinannya tersebut, Yesus punya keturunan yang takut dikejar-kejar murid-murid Yesus dan penguasa Romawi lainnya maka ia bersama ibundanya melarikan diri ke Perancis dan mendirikan sebuah gereja. Gereja ini masih berdiri hingga sekarang dan berada di Rennes-le-Chateau, di kaki gunung Pyrennes, selatan Perancis. Rahasia ini masih tetap dipegang dan disimpan dengan sangat ketat.

Selama ratusan tahun itu pula, Gereja Katolik berusaha memburu para penganut Gereja Maria Magdalena dan membantai anak keturunan Yesus yang dikhawatirkan mengancam hegemoni dan kekuasaan Gereja Katolik dan gereja-gereja Kristen lainnya yang mengakui Yesus sebagai Tuhan.

Selain itu, The Da Vinci Code secara meyakinkan juga berhasil membangun pencitra-burukan Tahta Suci Vatikan lewat paparan yang lugas bahwa Vatikan - Paus Paulus II - selama ini telah mendukung aktivitas Opus Dei, sebuah kelompok Katolik yang dikatakan Brown tidak segan-segan melakukan pembunuhan dengan kejam dalam menjalankan misinya. Anggota Opus Dei juga sering menyakiti dirinya sendiri dengan melilitkan kawat berduri di pangkal pahanya (cilice) guna menambah keimanan mereka kepada Yesus. Selain itu ada pula ritual-ritual khusus dengan menyiksa bagian-bagian tubuh. Menurut keyakinan Opus Dei, dengan merasakan sakit, diharapkan anggota Opus Dei akan bisa merasakan penderitaan Yesus dalam menebus dosa manusia. Itu yang dinyatakan Brown.

Fakta yang lain menurut Brown adalah: Opus Dei baru-baru ini membangun markasnya senilai 243 USD di New York. Melalui Opus Dei inilah Gereja Katolik berusaha merebut bukti-bukti sejarah tentang ‘Gereja Maria Magdalena’. Tak tanggung-tanggung, Brown menyodorkan kepada pembaca paparan ini yang diperkuat dengan Gnostic Bible.

Didalam Gospel of Philip ,misalnya, juga tertulis: “And the companion of the Saviour is Mary Magdalene. Christ loved her more than all the disciples and used to kiss her often on her mouth. The rest of the disciples were offended by it and expressed disapproval. They said to him, “Why do you love her more than all of us?” (Yesus mempunyai pasangan bernama Maria Magdalena dan biasa mencium Magdalena di bibirnya. Yesus mencintai Magdalena lebih dari pengikutnya yang lain, sehingga menyulut rasa iri hati. Mereka bertanya, “Mengapa engkau mencintai perempuan itu lebih dari kami?’) Kedengkian MURID-MURID Yesus inilah yang pada akhirnya memicu pelarian Maria Magdalena dari Yerusalem ke Perancis dengan bantuan orang-orang Yahudi.

Dalam bahasa Aramaic, istilah “companion” menurut Dan Brown lewat penuturan Sir Leigh Teabing (salah seorang pelakon dalam The Da Vinci Code), bisa diartikan sebagai “ pasangan “. Sophie Neveu (salah satu pelakon novel ini) yang membaca bagian-bagian berikutnya dari Bible Philip (Filipus) itu menemukan fakta betapa romantisnya hubungan Yesus dengan isterinya tersebut. Ia lalu mengingat masa silamnya, ketika para Pendeta Perancis mendesak pemerintahnya untuk melarang peredaran film The Last Temptation of Christ; sebuah film garapan Martin Scorsese yang menggambarkan Yesus pernah mengadakan hubungan suami-isteri dengan seorang perempuan bernama Maria Magdalena.

Oleh para penentangnya, Bible Philip (Filipus Gospel) disebutkan tidak ditulis dalam bahasa Aramaic melainkan dalam bahasa Coptic. Dan istilah “companion” bukanlah “pasangan” melainkan teman. Katakanlah memang berarti ‘teman’, bukan ‘pasangan’, maka ayat di atas itu akan berbunyi : “Yesus mempunyai teman bernama Maria Magdalena dan biasa mencium Magdalena di bibirnya. Yesus mencintai Magdalena lebih dari pengikutnya yang lain, sehingga menyulut rasa iri hati. Mereka bertanya, ”Mengapa Engkau lebih mencintai perempuan itu lebih dari kami ?”. Sangat jelas, Maria Magdalena bukanlah teman biasa, melainkan pasangan, karena Yesus amat condong padanya melebihi perasaan kepada murid-muridnya. Dalam hal ini, istilah ‘teman’ atau ‘pasangan’ tidak bergeser dari arti sesungguhnya.

Dalam sejarah kekristenan, Maria Magdalena memang pernah disebutkan secara negatif sebagai sosok perempuan murahan, pelacur, yang biasa mengeringkan kaki Kristus menggunakan rambutnya yang tergerai panjang. Pandangan ini sesungguhnya berawal dari tahun 591 M tatkala Paus Gregory the Great dalam salah satu khotbahnya menyatakan bahwa si pendosa yang disebut dalam Injil Lukas sebenarnya menunjuk pada sosok Maria Magdalena. Padahal hal tersebut sama sekali tidak tertulis dalam Injil versi mana pun, semata-mata berdasar pada tuduhan Paus Gregory di atas. Pada 1969, Tahta Suci Vatikan secara resmi mengakui kesalahan Gregory ini.

Dalam film dokumenter yang mengupas karya-karya Leonardo Da Vinci dan novel Dan Brown tersebut, yang secara garis besar mendukung premis status quo Vatikan, disebutkan bahwa nama Maria Magdalena hanya disebut sebanyak 12 kali dalam Injil Perjanjian Baru. Keberadaannya walaupun jarang, namun sangat penting. Dia satu-satunya wanita dalam Injil yang diidentikan dengan suatu tempat (Kota Magdalena), daripada sebagai seorang istri, saudari, atau ibu. Tampaknya dia seorang yang mandiri juga secara ekonomi. Tapi lebih dari itu, dia berada disisi Kristus pada masa-masa terpenting dalam hidupnya. Dia menyaksikan kematian Kristus dari kaki salib dan dia yang pertama mengetahui kebangkitannya dari makam. Kristus yang telah menampakkan diri pertama pada Maria Magdalena dan dialah yang memberi tahu kejadian luar biasa itu pada para rasul yang sulit percaya. Banyak sumber sejarah yang tak bisa dibantah menyebutkan tentang perkawinan antara Maria Magdalena dan Kristus. Contoh kuat adalah kalimat dari kitab Filipi (Bible Philip), yang diterjemahkan sebagai berikut...”Dan teman Sang juru Selamat adalah Maria Magdalena. Kristus mencintai lebih daripada seluruh muridnya, dan Yesus sering mencium di mulut."

Menyikapi ayat dalam Injil Filipus dan penafsiran dari padanya yang menyatakan bahwa Maria Magdalena adalah lebih dari sekadar teman akrab dari Yesus, dianggap oleh Profesor Mario Moeraghi, Docente Politekniko di Milano-Italy, sebagai hal yang harus dilihat dari konteks zamannya.

“Yang tertulis sebenarnya tidak terlalu jelas, karena bagian dari kalimat itu tidak menjelaskan maksud apapun, terutama bagian mencium di ‘mulut’. Istilah ini tidak jelas; orang membicarakan soal ciuman, dan sisa kalimatnya telah membuat orang menduga bahwa ciuman itu di mulut, jadi kita harus memikirkan realitas kalimat itu sendiri. Menurut saya... kita bisa lebih jauh lagi. Walaupun kita menyimpulkan bahwa ciuman itu di mulut, kita harus ingat, hal ini terjadi dalam kedaan masa, tempat, dan kebudayaan yang berbeda dari kita sekarang, dimana ciuman mungkin berarti lain. Beberapa kebudayaan menganggap ciuman di mulut sebagai sarana komunikasi spiritual, komunikasi gagasan, dan persetujuan gagasan - dan ciuman juga dilakukan tanpa mengakibatkan skandal tertentu,” papar Mario Moiraghi.

Bisa jadi Mario Moiraghi benar bahwa segala sesuau itu harus dilihat dari konteks zaman dan tempatnya, harus dilihat dari kultur masyarakat setempat, namun yang harus pula dicermati, ‘ciuman-ciuman di mulut lainnya’ seperti yang konon telah dilakukan Yudas Iskariot kepada Yesus. Sikap Yesus di ayat-ayat Injil Gnostik lainnya juga terlihat sangat berbeda dan sangat intim terhadap murid-muridnya, sehingga membuat para murid itu iri hati. Jelas, ini bukan ciuman yang biasa dan menunjukkan suatu hubungan dan kedekatan yang istimewa.

Paparan lain yang diajukan Brown adalah tentang diskursus gender, yang saat ini diyakini oleh dogma Kristen bahwasannya Yesus hanya mewarisi gerejanya kepada lelaki. Namun oleh Bbrown dikatakan bahwa Yesus telah mewarisi gerejanya kepada perempuan, Maria Magdalena. Ini tentu saja sangat menarik. Sebab, hingga kini, Gereja Katolik tetap tidak mengizinkan perempuan menjadi pejabat tinggi di Vatikan. Begitu juga dengan doktrin “larangan menikah bagi Pastor’ (celibacy), masih tetap dipertahankan, meski mulai sekarang masih banyak tokoh Katolik yang menggugat larangan ini. Prof. Hans Kung, misalnya, menyebut doktrin celibacy bertentangan dengan Injil (Matius, 19:12,1 Timotius, 3:2). Doktrin ini, katanya, juga menjadi salah satu sumber penyelewengan seksual dikalangan pastor.

Apa yang dipaparkan dalam The Da Vinci Code sesungguhnya sudah lama menjadi bahan perdebatan ilmiah di banyak kelompok Kristen maupun kelompok pengamat keagamaan. Dalam soal Trinitas saja yang mendogmakan bahwa Yesus itu sekaligus juga Tuhan, dunia Kristen sampai detik ini masih saja kesulitan untuk menjelaskan dengan logis dan masuk akal. Jika benar Yesus telah disalib), Yesus berteriak-teriak ketakutan, “Eli, Eli, lama sabahktani!” (“Bapa, bapa mengapa kau tinggalkan aku?!”). Mengapa Yesus memanggil-manggil Tuhan jika dirinya sendiri merupakan Tuhan? Apakah “Tuhan” Yesus tidak berkuasa menghentikan penyiksaan yang dilakukan orang Romawi terhadap dirinya?

Sejak awal kekristenan, hal ini telah mengemuka dan menjadi perdebatan panas hingga umat Kristen awal terbelah menjadi dua keyakinan besar: Unitarian (ketauhidan) yang mengakui Yesus hanyalah seorang nabi utusan Tuhan, dan Trinitarian yang mengakui bahwa wujud Tuhan dan Roh Kudus sepenuhnya mengejawantah alam diri Yesus. Dalam Konsili Nicea 325 M, seluruh pengikut Unitarian dibabat habis oleh kaum Trinitarian. Kota Nicea kuno sekarang ini berubah menjadi Kota Iznik yang terletak di wilayah Turki.

The Da Vinci Code jelas telah menohok dalam-dalam ke jantung kekristenan. Brown telah menyerang langsung ke pusat susunan syaraf kekristenan. Brown telah menggencet aliran darah inti dari Kekristenan. Ia mengobrak-abrik dogma inti yang telah dipelihara sejak lebih dari 2.000 tahun silam, walau setting kisahnya terjadi di abad ke-21. Brown memang jenial. Siapa pun akan memgakui, baik yang setuju dengan pandangannya seperti yang tertuang dalam The Da Vinci Code, maupun penentangnya.

Bagaimana pun, Brown telah menyumbangkan sebentuk alternatif pemikiran yang segar ke tengah masyarakat dunia, setelah berabad lamanya kita dicekoki dengan pandangan-pandangan seragam yang tidak boleh dikritisi dengan dalih kesucian iman. Hanya saja, yang dilakukan The Da Vinci Code sebatas membongkar dogma kekristenan an-sich. Belum ‘turun’ ketingkat praksis. Dalam hal ini The Holy Blood and the Holy Grail telah sedikit lebih maju dari The Da Vinci Code, karena The Holy Blood and The Holy Grail dalam salah satu bagiannya telah memuat ”Kesimpulan dan Tanda Tanda masa depan” yang antara lain tertulis:

“Saat ini adalah waktu yang tepat bagi Biarawan Sion untuk memperlihatkan kartunya.... Masyarakat kita telah bosan dengan materalisme dan mengalami kelaparan spiritual. Sekarang mereka tengah mengais kepuasan di tempat lain yang mampu memberikan ketenangan jiwa. Atmosfer seperti itu sangat kondusif bagi Biarawan Sion intuk berkembang. Hal itu menempatkan Sion dalam posisi yang mampu menawarkan sebuah pilihan akan sistem sosial dan politik yang ada... Ada banyak pemeluk agma Kristen yang tidak ragu-ragu menafsirkan Apocalypse sebagai bencana nuklir. Lantas, bagaimana mereka akan menafsirkan keturunan Yesus? Sebagian umat Kristiani menganggap’ keturunan Yesus’ sebagai Second Coming.”

Buku ini, Knight Templar, Knight of Christ, sesungguhnya satu ruh juga denngan The Holy Blood and The Holy Grail dan The Da Vinci Code. Saya meyakini, paparan sejarah yang dikemukakan oleh kaum The Free Tinkers dan para kritisi sejarah kekristenan lebih bisa dipercaya ketimbang Injil yang sekarang beredar ditengah umat manusia. Mengapa ? Karena sejarah resmi masa kini merupakan cerita yang telah mendapat ‘segel resmi’, telah disetujui oleh pihak yang berkuasa, walau belum tentu yang paling benar. Injil yang resmi beredar sekarang ini sudah melalui seleksi yang kasar dan dan diikuti pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan Kaisar Romawi, The Great Constantine, yang didukung penganut Trinitas. Sebuah Injil yang pro status-quo, lebih memihak kepada tahta dan kekuasaan ketimbang kebenaran.

Ada banyak pertanyaan yang ingin dikupas. Adakah Biarawan Sion masih ada hingga sekarang (seperti yang ditegaskan The Holy Blood and The Holy Grail dan sejumlah peneliti lainnya), dan tetap bermain di belakang layar rezim-rezim penguasa dunia, pengusaha-pengusaha tingkat tinggi, jendral-jendral berpengaruh, dan juga seniman-seniman, serta artis papan atas. Mereka - dengan nama yang bisa saja berganti-ganti - tetap bekerja hingga cita-cita satu pemerintahan dunia di bawah kepemimpinan Amerika (Pax-America) tercipta sebagai pra-kondisi hadirnya Raja-Pendeta untuk berkuasa kembali mendirikan kerajaannya di dunia ?

Walau kelihatan klise dan beraroma konspirasi, namun segala hal, segala kejadian, yang sungguh terjadi di dunia ini dalam dasawarsa terakhir ternyata memang membenarkan tesis tersebut. Kita boleh dan sah saja untuk mengatakan tidak yakin terhadap hal ini, tetapi mari kita tengok kejadian demi kejadian yang ada dan kemana arah dari semua kejadian itu bermuara? Adakah muara itu bertemu dengan apa yang telah jauh-jauh hari ditetapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala di dalam Alquran? Atau, segalanya tetap akan menjadi misteri hingga suatu hari batu-batu berbicara dan memberitahukan dimana si Zionis-Yahudi dan Zionis lainnya bersembunyi untuk kita habisi bersama-sama?

Annuit Coeptis, Konspirasi kta []

Kunjungi penerbit : pustaka kautsar

baca selengkapnya...